Pagi itu salah seorang seniorku di kampus, sekaligus seniorku di Organisasi Pecinta Alam (OPA)---Mas Gilang---mengirimiku email tentang open recruitment di perusahaan tempat dia bekerja, dia berpesan padaku untuk menyebarluaskan 'iklan' itu kepada teman-teman satu organisasi kami.
Aku ingat dulu dia pernah cerita, secara tidak langsung dua teman seorganisasi kami---yang angkatannya di bawah Mas Gilang---lolos recruitment di tempat dia bekerja, karena saat HRD meminta pendapatnya, Mas Gilang memrekomendasikan mereka.
OPA kami memang terkenal sangat solid bukan hanya sebatas lingkup organisasi namun mulai dari urusan perkuliahan bahkan sampai kami menjadi jobseeker para senior yang sudah memiliki jabatan cukup tinggi di tempatnya bekerja, tidak sungkan-sungkan merekomendasikan kami, mungkin selain karena rasa kekeluargaan, organisasi kami juga menerapkan sistem kaderisasi yang tidak main-main hingga melahirkan para kader-kader yang berkualitas.
Akupun---dengan niat membantu, karena jika saja saat ini aku belum berstatus pegawai negeri tidak mustahil peluang ini akan aku ambil---membantu Mas Gilang mem-posting iklan tersebut di grup-grup organisasi kami yang ada di Whatsapp dengan tambahan kalimat, "Titipan Mas Gilang, yang berminat langsung hubungi Mas Gilang aja."
Kebetulan salah satu grup Whatsapp tempatku mem-posting beberapa anggota senior di grup tersebut juga bekerja di perusahaan yang sama dengan Mas Gilang, hanya beda penempatan. Salah satunya menanggapi posting-anku tersebut. Mba Citra Namanya...
Mba Citra : "Mas Gilang pindah ke HR yak, haha."
Untungnya tidak ada Mas Gilang disitu, kalimat yang dilontarkan Mba Citra cukup nyindir menurutku.
Aku : " Udah ada 2 anak OPA kita tuh yang lolos berkat rekomendasinya."
Mba Citra : "Itu dikasih tips-tipsnya doang kali. Kalau lolos atau engganya mah usaha masing-masing."
Aku : "Iya lah mba, tetap mengandalkan skill masing-masing juga, tapi kalau ada yang bantu rekomenin kan makin mantap."
Mba Citra : "Gak ngaruh kalau rekomennya masih sekelas kita-kita mah."
Aku : "Owh gitu ya mba, soalnya kata Mas Gilang yang mau masuk, punya minat, silahkan register dan kontak Mas Gilang."
Mba Citra : "Oh ya gapapa, kontak saya juga boleh, hahaha. Tapi kami yang sudah bekerja disini tidak memiliki andil dalam tiap pengambilan keputusan kandidat yang dipilih."
Dia mulai meremehkan Mas Gilang, aku memang tidak tau apa-apa soal tingkatan di perusahaan mereka, tapi setau aku Mas Gilang lebih senior daripada Mba Citra. Nalarku sih harusnya Mas Gilang sudah punya posisi di atas Mba Citra jika dilihat dari aspek lamanya berkerja. Secara halusnya Mba Citra menganggap Mas Gilang bukan siapa-siapa dan tak punya kuasa. Aku juga sebenarnya kurang tau tentang jabatan Mas Gilang, tapi selama ada senior yang mau membantu merekomendasikan juniornya aku sangat mendukung. Lantas kenapa orang setipikal Mba Citra mesti meremehkan seperti itu, Mba Citra memang tidak pernah aktif di OPA kami, bahkan saat aku masih berstatus anggota aktif---anggota yang masih berstatus mahasiswa---Mba Citra tidak pernah berkontribusi sedikit pun. Aku tidak terlalu memusingkan itu, tapi setidaknya dia harus lebih peka dan menanyakan kepada dirinya sendiri,
"Apa yang selama ini sudah dia berikan, sehingga dia merasa berhak meremehkan 'pemberian' orang lain?"